Penelitian terbaru menunjukkan bahwa paparan polusi udara selama kehamilan dapat meningkatkan risiko depresi pada ibu setelah melahirkan. Studi tersebut menemukan bahwa ibu yang terpapar polusi udara selama kehamilan memiliki kemungkinan dua kali lipat untuk mengalami depresi setelah melahirkan dibandingkan dengan ibu yang tidak terpapar.
Polusi udara telah lama diketahui sebagai faktor risiko untuk berbagai penyakit kesehatan, termasuk penyakit jantung, masalah pernapasan, dan kanker. Namun, penelitian terbaru ini menyoroti dampak negatif polusi udara terhadap kesehatan mental, khususnya pada ibu hamil dan pasca melahirkan.
Studi ini melibatkan ribuan ibu hamil di kota-kota besar di seluruh dunia dan mengukur tingkat paparan polusi udara mereka selama kehamilan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paparan polusi udara yang tinggi, terutama dari partikel kecil (PM 2,5), dapat meningkatkan risiko depresi pada ibu setelah melahirkan.
Polusi udara dapat mempengaruhi kesehatan mental ibu hamil dengan berbagai cara, termasuk merusak sistem saraf dan hormonal, serta menyebabkan stres oksidatif dan peradangan. Selain itu, paparan polusi udara juga dapat mempengaruhi perkembangan janin dan kesehatan bayi setelah lahir.
Untuk mengurangi risiko depresi pada ibu hamil dan pasca melahirkan akibat paparan polusi udara, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kualitas udara. Langkah-langkah seperti mengurangi emisi kendaraan bermotor, meningkatkan penggunaan transportasi umum, dan menanam lebih banyak pepohonan di perkotaan dapat membantu mengurangi polusi udara dan melindungi kesehatan ibu hamil serta bayi yang belum lahir.